Pelantikan Fatayat NU Rejoso: Spirit Baru, Harapan Baru dari Perempuan NU
Bertempat di Kantor MWC NU Rejoso, pada Jum’at (17/10/2025) telah dilangsungkan acara Pelantikan Ketua Ranting Fatayat NU se-Kecamatan Rejoso. Acara sakral ini dihadiri oleh berbagai elemen penting Nahdlatul Ulama (NU), antara lain Ketua Muslimat NU, perwakilan dari Pengurus Pagar Nusa (PN), Ketua MWC NU Rejoso, serta perwakilan dari 35 ranting Fatayat NU se-Kecamatan Rejoso, masing-masing ranting mengutus dua orang pengurus.
Acara dimulai tepat pukul 13.00 WIB dan berlangsung dengan penuh khidmat hingga selesai. Rangkaian kegiatan diawali dengan pembukaan melalui pembacaan Surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an oleh Afifatul Masruroh, lalu dilanjutkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Subhanul Wathon, dan Mars Fatayat NU.
Suasana semakin khidmat ketika diumumkan susunan pengurus baru Fatayat NU tingkat ranting, dilanjutkan dengan prosesi pelantikan dan pengucapan janji setia oleh seluruh ketua ranting terpilih yang dipimpin langsung oleh Khotimatul Munawaroh, Ketua PC Fatayat Nganjuk.
Dalam sambutannya, Ketua MWC NU Rejoso, KH. Imam Hartoyo, menyampaikan pesan mendalam dan motivasi kepada seluruh hadirin. Beliau menegaskan bahwa para sahabat yang hadir dan terpilih menjadi ketua ranting adalah orang-orang pilihan Allah. Dalam berjuang dan berorganisasi, beliau menggarisbawahi tiga prinsip penting:
1. Kober (siap dan punya waktu), 2. Pinter (cerdas), dan 3. Bener (benar dan lurus niatnya).
Dengan landasan niat yang baik dan keikhlasan dalam berkhidmat, maka in syaa Allah akan mendapatkan rida dari Allah SWT. Beliau juga mengutip ungkapan bijak dalam Bahasa Jawa:
“ISO IKU SOKO KULINO, ANANE ORA ISO MERGO ORA KULINO”
“Bisa itu karena terbiasa, tidak bisa itu karena tidak terbiasa”.
Pesan ini menjadi pengingat bahwa kemampuan akan tumbuh dari proses pembiasaan dan ketekunan.
KH. Imam Hartoyo juga menekankan bahwa istiqomah adalah kunci utama dalam menjalankan organisasi. Jika istiqomah sudah dijaga, maka kepintaran dan kebenaran akan menyusul dengan sendirinya.
Dalam penutupannya, beliau mengutip makna dalam Mars Fatayat, yang mengajarkan untuk meningkatkan ketakwaan, menjunjung tinggi akhlak karimah, serta peran besar perempuan dalam menjaga moral dan masa depan bangsa:
“Wanita adalah tiangnya negara, jika wanitanya baik maka baik pula negaranya, namun jika wanitanya rusak maka hancurlah suatu negara.”
Acara ditutup dengan doa yang kembali dipimpin oleh KH. Imam Hartoyo, dan berjalan dengan lancar, tertib, dan penuh semangat kebersamaan.
KH. Imam Hartoyo juga berharap pelantikan ini menjadi momentum lahirnya semangat baru, wajah-wajah baru, serta program-program baru yang lebih progresif dan membumi. “Berkhidmat di NU itu yang penting kober dulu, pintar nomor sekian,” tegas beliau, menyampaikan bahwa komitmen dan kesediaan untuk meluangkan waktu adalah dasar utama perjuangan di jalan organisasi.
Pewarta : Eko Sulistyowati
Editor : Dina Tia Fatikasari






