Juni 29, 2025

Kanjeng Jimat Sosrokusumo: Sang Pembuka Peradaban Islam di Berbek

Makam Kanjeng Jimat

Jejak Kepemimpinan, Spiritualitas, dan Warisan Budaya di Tanah Nganjuk

Dalam catatan sejarah Kabupaten Nganjuk, nama Kanjeng Jimat Sosrokusumo bukan sekadar tokoh lokal—beliau adalah simbol transformasi peradaban. Sebagai bupati pertama Berbek pada abad ke-18, peran beliau melampaui urusan pemerintahan. Ia adalah pionir Islamisasi yang membawa misi damai, tokoh budaya, sekaligus pemimpin spiritual yang jejaknya masih terasa hingga kini.

 

Awal Kedatangan: Dari Mataram ke Berbek

Kanjeng Jimat—nama lengkapnya Raden Tumenggung Sosrokusumo I—berasal dari keluarga bangsawan di Jawa Tengah, dengan garis keturunan yang terhubung ke Keraton Mataram. Pada masa transisi besar di Jawa, beliau diutus kerajaan untuk membuka wilayah baru di Berbek, yang saat itu masih kental dengan pengaruh Hindu-Buddha, sisa kejayaan Majapahit.

 

Namun, misi beliau jauh lebih dari sekadar ekspansi politik. Ia membawa nilai-nilai Islam dengan pendekatan yang halus dan penuh kearifan, menyentuh hati masyarakat tanpa paksaan. Pendekatan budaya, akhlak, dan keteladanan menjadi kunci suksesnya dalam memperkenalkan Islam.

 

Masjid Al-Mubarok: Simbol Toleransi dan Peradaban

Sekitar tahun 1745, Kanjeng Jimat membangun Masjid Al-Mubarok di Desa Kacangan, Berbek—sebuah tonggak penting dalam peradaban Islam di wilayah itu. Masjid ini unik secara arsitektur: perpaduan unsur Islam, lokal, dan Tionghoa, menggambarkan semangat toleransi dan integrasi budaya.

 

Di halaman masjid, sebuah yoni (batu peninggalan Hindu) tetap dipertahankan dan digunakan untuk menentukan waktu salat. Ini menunjukkan betapa bijaknya beliau dalam menjaga kesinambungan sejarah tanpa menghapus jejak masa lalu.

 

Masjid ini juga menyimpan benda-benda bersejarah seperti beduk tahun 1759 dan mimbar jati asli, yang hingga kini masih berdiri kokoh—menjadi saksi bisu jejak peradaban yang beliau bangun.

 

Sosok yang Berkarakter dan Sarat Karamah

Dalam kisah-kisah lisan masyarakat Berbek, Kanjeng Jimat dikenal memiliki karamah—keistimewaan spiritual yang langka. Ia digambarkan memiliki batin tajam, kepemimpinan kuat, dan keberanian luar biasa.

 

Salah satu cerita yang masih sering didengar adalah penangkapan Jolobong, seorang penjahat besar yang lama menjadi momok masyarakat. Dengan siasat cerdas dan kekuatan spiritual, Kanjeng Jimat berhasil menumpas kejahatan tersebut—membuktikan bahwa ilmunya tak hanya duniawi, tapi juga batiniah.

 

Beberapa pusaka yang beliau tinggalkan, seperti gentong air, bencet (wadah air minum), dan jodang (usungan jenazah), masih tersimpan di Masjid Al-Mubarok dan dipercaya menyimpan nilai historis sekaligus spiritual.

 

Makam dan Tradisi Ziarah

Kanjeng Jimat dimakamkan di belakang Masjid Al-Mubarok. Setiap malam Jumat Legi, makam ini selalu dipenuhi peziarah dari berbagai daerah. Tradisi ini mencerminkan kecintaan dan penghormatan masyarakat kepada sosok yang telah membimbing mereka menuju peradaban baru.

 

Suasana di lokasi makam sangat khas: tenang, penuh aroma dupa, dan lantunan doa yang mengalir lirih. Bagi banyak orang, ziarah ke makam Kanjeng Jimat bukan hanya bentuk penghormatan, tetapi juga sarana menguatkan spiritualitas dan mengenang akar sejarah mereka.

 

Warisan yang Hidup dalam Nilai

Warisan Kanjeng Jimat tak hanya terlihat dari fisik masjid atau benda pusaka, tapi juga dari nilai-nilai luhur yang terus hidup di masyarakat: toleransi, keberadaban, dan penghargaan terhadap budaya lokal.

 

Ia membuktikan bahwa perubahan besar tidak harus melalui kekerasan, melainkan bisa dicapai lewat pendidikan, budaya, dan keteladanan.

 

Penutup: Teladan Abadi dari Bumi Berbek

Dalam sejarah lokal Nganjuk, Kanjeng Jimat Sosrokusumo adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara ajaran lama dan peradaban baru. Ia bukan hanya pemimpin administratif, tapi pemimpin spiritual dan budaya yang berhasil membangun masyarakat yang beradab, damai, dan menghargai warisan leluhur.

 

Jejaknya masih terasa, napas perjuangannya masih hidup—dan semangatnya akan selalu dikenang sebagai bagian penting dari identitas Berbek.

 

Penulis : Rikhana Nur Lailatul Ramadhani

Editor : Dina Tia Fatikasari