April 29, 2025

Amalan Istimewa Rasulullah SAW di 10 Hari Terakhir Ramadan

Ramadan

Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh keistimewaan. Selama bulan ini, pahala dari amal ibadah dilipatgandakan, dosa-dosa diampuni bagi mereka yang bertaubat, dan setiap aktivitas baik bernilai ibadah. Allah SWT menjanjikan ganjaran besar bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam beribadah selama Ramadan.

Secara umum, bulan Ramadan terbagi menjadi tiga fase. Sepuluh hari pertama disebut sebagai fase rahmat, di mana Allah SWT melimpahkan kasih sayang-Nya. Sepuluh hari kedua dikenal sebagai fase maghfirah, yakni masa pengampunan dosa. Sedangkan sepuluh hari terakhir disebut sebagai fase Itqun minan Nar, yaitu pembebasan dari api neraka.

Fase sepuluh hari terakhir Ramadan memiliki keutamaan yang luar biasa. Rasulullah Saw memberikan contoh bagaimana memanfaatkan momen ini dengan optimal untuk meningkatkan kualitas ibadah. Salah satu amalan yang beliau lakukan adalah menghidupkan malam-malam Ramadan, membangunkan keluarganya untuk shalat malam, dan mengencangkan gamisnya, yaitu menjauhi hubungan suami istri guna lebih fokus dalam ibadah.

Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis: “Ketika memasuki sepuluh akhir Ramadan, Nabi fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah,” (HR Al-Bukhari).

Dalam Kitab Fathul Mu’in, dijelaskan bahwa ada tiga amalan utama yang dianjurkan di sepuluh hari terakhir Ramadan:

1. Memperbanyak sedekah, mencukupi kebutuhan keluarga, serta berbuat baik kepada kerabat dan tetangga.

2. Memperbanyak membaca Al-Qur’an. Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa membaca Al-Qur’an di akhir malam lebih utama dibandingkan awal malam, sedangkan waktu terbaik membaca Al-Qur’an di siang hari adalah setelah shalat Subuh.

3. Memperbanyak i’tikaf, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Saw dalam meningkatkan ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadan.

Amalan Rasulullah di sepuluh malam terakhir Ramadan
Pertama, menghidupkan malam-malam Ramadan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Shahih Muslim, ‘Aisyah meriwayatkan:

ماعلمته صلى الله عليه وسلم قام ليلة حتى الصباح

“Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadan hingga menjelang subuh,”

Kedua, Rasulullah saw selalu membangunkan keluarganya untuk shalat malam di malam sepuluh terakhir bulan Ramadan hadits Abi Dzar menggambarkan hal ini dengan jelas:

قام بهم ليلة ثلاث وعشرين وخمس وعشرين ذكر أنه دعا أهله ونساءه ليلة سبع وعشرين خاصة

“Bahwasannya Rasulullah saw beserta keluarganya bangun (untuk beribadah) pada malam 23, 25, 27. Khususnya pada malam 29.”

Ketiga, Rasulullah mengencangkan ikat pinggang dalam arti menghindari tempat tidur pada sepuluh malam terakhir Ramadan. Hal ini bersandar pada hadits:

في الصحيحين عن عائشة رضي الله عنها قالت: “كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله”

Rasulullah saw ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya.

Keempat, Rasulullah saw pernah menyambung puasa tanpa berbuka hingga magrib yang akan datang (puasa wishal) pada satu malam dari sepuluh malam terakhir Ramadan. Namun puasa wishal tidak dianjurkan untuk ditiru oleh pengikutnya.

وروي عنه من حديث عائشة وأنس أنه صلى الله عليه وسلم :”كان في ليالي العشر يجعل عشاءه سحور

Kelima, Rasulullah saw mandi dan membersihkan diri dan memakan wangi-wangian menjelang Isya’ selama sepuluh hari terakhir Ramadan dengan harapan memperoleh laylatul qadar.

Keenam, Rasulullah saw selalu beri’tikaf di sepuluh malam terakhir Ramadan.

Penulis : Dina Tia Fatikasari LTN MWCNU Rejoso