Maret 14, 2025

NU Jatim Pantau Hilal Awal Ramadan 2025: Potensi Terlihat Sangat Minim

WhatsApp Image 2025-02-20 at 11.11.23

Nganjuk-Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Jawa Timur (Jatim) melakukan pemantauan rukyatul hilal untuk menentukan awal puasa Ramadan 1446 Hijriah di 35 titik yang tersebar di seluruh Jawa Timur. Meski demikian, potensi hilal terlihat diprediksi masih sangat minim.

Ketua LFNU Jawa Timur, Kiai Syamsul Ma’arif, menjelaskan bahwa pemantauan hilal ini akan dilakukan menjelang sore hari nanti, saat tenggelamnya matahari pada Jumat (28/2).

“Lembaga Falakiyah NU Jawa Timur, bagian dari departemen NU Jawa Timur, mengkoordinasikan teman-teman Lembaga Falakiyah di seluruh Jatim dengan 35 titik lokasi pemantauan rukyatul hilal nanti sore,” kata Syamsul.

Syamsul menambahkan, di Jawa Timur, hilal diprediksi sangat minim terlihat karena masih berada di ketinggian 3 derajat dengan elongasi atau jarak sudut antara matahari dan bulan 5,6 derajat. Ketinggian dan elongasi ini belum memenuhi kriteria imkanur rukyat NU, yaitu minimal 3 derajat dengan elongasi 6,4 derajat.

“Dari ketinggian dan elongasi tersebut, potensi hilal terlihat sangat minim, karena belum mencapai kriteria imkanur rukyat 3 derajat dengan elongasi 6,4 derajat,” jelasnya.

Karena itu, ia mengungkapkan bahwa pihaknya belum dapat memastikan apakah hilal akan terlihat di Jawa Timur atau Surabaya sore ini. Pasalnya, mereka tetap berpedoman pada rukyatul hilal bil fi’li, atau observasi langsung visibilitas hilal di lapangan, yang dipengaruhi oleh faktor cuaca yang saat ini tidak mendukung.

“Beberapa hari terakhir, cuaca di sini tidak mendukung. Hujan, mendung, dan sebagainya,” ungkapnya.
Jika hilal tidak terlihat, Syamsul menegaskan pihaknya akan mengikuti prosedur yang berlaku, dan NU tidak akan mendahului keputusan sidang isbat Kementerian Agama dalam menentukan awal Ramadan.

“Laporan dari LFNU Cabang akan disampaikan ke PWNU Jawa Timur, kemudian diteruskan ke PBNU, dan dibawa ke sidang isbat sebagai bahan musyawarah penetapan awal 1 Ramadan,” tuturnya.

NU selalu konsisten dengan prinsip rukyatul hilal, namun berdasarkan pengalaman penentuan Ramadan sebelumnya, apabila hilal belum terlihat, maka akan diterapkan istikmal, yaitu menggenapkan bulan Sha’ban menjadi 30 hari.

“Bilamana hilal tidak terlihat karena secara astronomi hilal masih rendah di bawah kriteria atau di bawah ufuk, maka kami akan menggunakan istikmal atau menggenapkan bulan Sha’ban,” kata Syamsul.

Di sisi lain, Syamsul menyebutkan wilayah Aceh diprediksi sudah dapat melihat hilal. Di sana, kriteria imkanur rukyat sudah terpenuhi, dengan ketinggian hilal lebih dari 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

“Di Aceh, ketinggian hilal semakin tinggi dan elongasinya semakin besar, berbeda dengan Jawa Timur yang berada di sebelah timur,” ungkapnya.

Pelaporan hilal dari Aceh akan menjadi acuan bagi penentuan awal Ramadan di seluruh Indonesia, mengingat Aceh adalah wilayah paling barat Indonesia.

Sementara itu, PP Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan 1446 Hijriah jatuh pada Sabtu (1/3) besok. Berbeda dengan NU yang menggunakan metode rukyatul hilal, Muhammadiyah mengandalkan metode hisab hakiki wujudul hilal.