Nabi Musa Menangis Saat Tahu Kemuliaan Nabi Muhammad dan Umatnya

Nganjuk – Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), mengungkapkan sebuah kisah unik dalam peristiwa Isra Miraj yang tercatat dalam kitab Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al-Asqalani.
Kisah ini menggambarkan reaksi Nabi Musa saat mengetahui bahwa umat Nabi Muhammad SAW memperoleh kemuliaan lebih tinggi di sisi Allah.
Menurut Gus Baha, dalam peristiwa Isra Miraj, Nabi Muhammad SAW tidak hanya menerima perintah shalat secara langsung dari Allah, tetapi juga mendapat salam dan doa khusus dari-Nya. Peristiwa ini menjadi simbol kemuliaan yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya.
Gus Baha menjelaskan bahwa kisah ini terdapat dalam kitab Fathul Bari, halaman 613, Juz 7. Namun, ia mengingatkan bahwa perbedaan halaman bisa terjadi tergantung pada edisi percetakan.
Dalam kitab tersebut, terdapat dialog Nabi Musa yang menunjukkan keterkejutannya terhadap keistimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya.
“Kalau dengan Nabi Muhammad sendiri, saya tidak masalah karena memang beliau lebih baik. Namun, bagaimana mungkin umatnya juga lebih mulia dari umatku di sisi Allah?” demikian perkataan Nabi Musa yang dikutip oleh Gus Baha dalam sebuah tayangan YouTube AbidiniyyahTV, Selasa (28/1/2025).
Dalam peristiwa Isra Miraj, ketika Nabi Muhammad SAW naik ke langit, beliau melewati tempat Nabi Musa, yang saat itu berada di langit ke-3 atau ke-4. Melihat hal tersebut, Nabi Musa merasa ‘tersalip’ dalam derajatnya, hingga ia menangis dan mengungkapkan kegelisahannya.
“Kenapa Nabi yang baru diutus justru mendapatkan derajat yang lebih tinggi dari saya? Saya tidak pernah membayangkan ada seseorang yang diangkat lebih mulia dari saya. Padahal umat saya (Bani Israil) sudah meyakini bahwa saya adalah nabi terbaik di sisi Allah. Lantas bagaimana ini?” ungkap Nabi Musa dalam kekhawatirannya.
Melihat reaksi Nabi Musa, Nabi Muhammad SAW kemudian bertanya kepada Malaikat Jibril mengenai bagaimana Allah menyikapi kegelisahan tersebut.
Jibril pun menjawab bahwa Allah sudah memahami karakter Nabi Musa yang memang dikenal sebagai pribadi yang sering mengungkapkan protesnya.
“Allah sudah tahu watak dan kebiasaan Nabi Musa, jadi tidak mempermasalahkannya,” kata Gus Baha, menjelaskan sikap Allah terhadap Nabi Musa.
Gus Baha menegaskan bahwa reaksi Nabi Musa bukanlah bentuk hasad (iri dengki), melainkan wujud dari ujian keikhlasan dan keterkejutan karena menerima kenyataan yang tidak disangkanya.
Sebagai seorang nabi yang saleh dan memiliki kedekatan dengan Allah, Nabi Musa tetap berusaha memahami keputusan tersebut.
Sikap kritis Nabi Musa ini juga terlihat ketika ia meminta Nabi Muhammad SAW untuk kembali menghadap Allah terkait perintah shalat. Awalnya, Allah mewajibkan shalat sebanyak 50 waktu dalam sehari.
Namun, Nabi Musa menyarankan kepada Nabi Muhammad SAW untuk meminta keringanan, dengan alasan bahwa umatnya yang kuat dan tampan pun tidak sanggup menjalankan perintah sebanyak itu. Berkat perantaraannya, jumlah shalat akhirnya dikurangi menjadi lima waktu dalam sehari, namun tetap bernilai pahala 50 waktu di sisi Allah.