Desember 28, 2025

Pengajian Rutin Al-Hikam Ranting NU Sukorejo: Menguatkan Spirit Keilmuan dan Gerakan Sosial Lazisnu

MWCNU Rejoso

Majelis Pengajian Rutin Al-Hikam yang diselenggarakan setiap hari Selasa malam Rabu Legi kembali digelar dengan penuh khidmat pada Selasa (30/09/2025) di Musholla Darul Iqomah, Dusun Duwel, Desa Sukorejo. Kegiatan ini menjadi sarana ruhani sekaligus penguatan gerakan sosial Nahdlatul Ulama di tingkat ranting.

Pada kesempatan kali ini, pengajian menghadirkan Muballigh KH. Ahmad Yasir dari Gondang sebagai pengisi kajian. Selain itu, turut hadir Bapak Ustadz Muta’alimin, salah satu pengurus Lazisnu PAC Rejoso, yang memberikan sambutan dan penyegaran semangat kepada penggerak Lazisnu Ranting Duwel Sukorejo.

Acara dimulai tepat pukul 20.00 WIB, dibuka dengan pembacaan Surat Al-Fatihah secara bersama-sama. Hadir dalam kegiatan ini:

  • Rois Syuriah Ranting NU Sukorejo, Bapak Kyai Moch. Musta’in

  • Bapak Kyai Marzuki

  • Para sesepuh NU, tokoh masyarakat, serta warga Dusun Duwel

  • Sekitar 150 jamaah yang turut menyemarakkan majelis

Dalam sambutannya, Ustadz Muta’alimin menyampaikan bahwa kehadirannya bertujuan untuk menyemangati, menyegarkan semangat, dan memperkuat tali perjuangan para muharik (penggerak) Lazisnu di tingkat ranting. Ia menegaskan pentingnya kesadaran kolektif dalam membangun kemandirian umat melalui gerakan infak koin.

Beliau juga menjelaskan bahwa Lazisnu didirikan pada tahun 2016, sebagai hasil dari Muktamar NU di Pondok Lirboyo. Sistem kerja Lazisnu berfokus pada pengumpulan infak dengan nominal kecil yang, jika dikelola dengan istiqamah, dapat menjadi sumber dana besar yang sangat bermanfaat untuk kegiatan sosial, pendidikan, kesehatan, dakwah, dan lain-lain.

Lebih lanjut, beliau menyampaikan pentingnya pelaporan transparan dan akuntabel dari tingkat Ranting, PAC, PC, hingga Pusat, mengingat dana yang dikelola bersumber dari kepercayaan umat.

“Lazisnu adalah lembaga NU yang tidak memiliki AD/ART tersendiri. Maka, seluruh gerak langkahnya wajib mengikuti arahan dan ketentuan dari PBNU,” tegasnya.

Beliau juga menjelaskan sistem pembagian dana infak, yakni 70% untuk Ranting dan 30% untuk PAC hingga Pusat, yang kemudian digunakan untuk keperluan yang lebih luas, termasuk tanggap bencana, bantuan musibah, dan kepentingan sosial kemasyarakatan lainnya.

Sambutan ditutup dengan ajakannya kepada jamaah dan para sesepuh untuk bersama-sama mendukung program Lazisnu, demi kemajuan dan kemandirian organisasi serta masyarakat NU secara umum.

“Bukan seberapa besar yang kita berikan, tapi seberapa aktif kita bergerak dalam kegiatan sosial umat. Di situlah Lazisnu harus hadir, berada di garis depan membawa nama besar Nahdlatul Ulama,” pungkas beliau.

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan pengajian rutin kitab Al-Hikam oleh KH. Ahmad Yasir. Dalam kajiannya, beliau menekankan pentingnya ikhlas dalam beramal, memperbaiki hati dalam setiap aktivitas ibadah, dan menjadikan dunia sebagai ladang akhirat.

Suasana malam Legi semakin hangat dan penuh hikmah. Para jamaah menyimak dengan khusyuk, menyerap nilai-nilai tasawuf yang terkandung dalam syarah Al-Hikam.

Acara ditutup dengan doa khidmat yang dipimpin langsung oleh Rois Syuriah NU Ranting Sukorejo, Bapak Kyai Moch. Musta’in. Doa ditujukan untuk keberkahan jamaah, kemajuan NU, dan keberlangsungan gerakan sosial melalui Lazisnu.

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa ruh spiritual dan sosial dalam tubuh NU tidak bisa dipisahkan. Pengajian dan pergerakan sosial seperti Lazisnu berjalan beriringan, menyatukan ilmu, iman, dan amal dalam satu tarikan nafas perjuangan.

Kontributor : Hadi Suseno 

Editor : Dina Tia Fatikasari