Agustus 3, 2025

MWCNU Sawahan Gelar Pelatihan & Ijazahan KAJATAN, Antusiasme Meluas hingga Lintas Wilayah

MWCNU SAWAHAN

Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Sawahan menggelar Pelatihan dan Ijazahan Ujub/KAJATAN, Jumat (18/7/25), bertempat di kantor MWCNU Sawahan. Kegiatan ini mengusung tema “Ngaji Tradisi”, sebagai bentuk perhatian serius terhadap masih lestarinya tradisi KAJATAN di lingkungan Ranting-Ranting NU wilayah Sawahan.

KAJATAN, atau yang dikenal juga dengan istilah ujub, merupakan tradisi lokal yang memuat doa-doa dan tawasul dalam bahasa Jawa. Tradisi ini masih hidup dan diamalkan di tengah masyarakat Nahdliyyin, terutama dalam momen-momen penting seperti selamatan, syukuran, dan ritual adat religius lainnya.

Dalam upaya menjaga agar pelaksanaannya tetap berada dalam nilai-nilai syariat Islam, MWCNU Sawahan merasa perlu memberikan ruang edukasi dan pembekalan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, kegiatan ini dilaksanakan atas inisiatif pengurus MWCNU Sawahan dan dieksekusi oleh LESBUMI (Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia) MWCNU Sawahan, yang memang memiliki mandat dalam pelestarian budaya Islam Nusantara.

Meski semula hanya ditargetkan untuk 50 peserta, pelatihan ini justru menyedot antusiasme yang sangat tinggi. Tercatat 114 peserta hadir, tak hanya dari lingkungan NU Sawahan, tetapi juga dari wilayah luar seperti MWCNU Rejoso dan MWCNU Jatikalen, yang turut berbaur dalam suasana pelatihan yang khidmat dan penuh semangat.

Kegiatan diawali dengan sambutan dari KH Ahmad Husnan Hamid, Ketua Tanfidziyah MWCNU Sawahan, yang menegaskan bahwa memahami doa dan tawasul tidak terbatas pada bahasa Arab saja.

“Lughot apapun, jika digunakan untuk berdoa dan bertawasul dengan adab dan niat yang benar, tetap dapat menjadi wasilah menuju keberkahan. Tradisi seperti KAJATAN tidak perlu ditinggalkan, tapi perlu dibimbing agar tetap dalam koridor syariat,” ujarnya.

Pelatihan dan ijazahan KAJATAN ini dipandu langsung oleh Ketua LESBUMI MWCNU Sawahan, K. Marjuki, yang menekankan dua dimensi penting dalam tradisi ini:

  • Esensi: sebagai bentuk tawasul dan doa kepada Allah.

  • Narasi: sebagai media kultural melalui susunan kalimat dalam bahasa Jawa yang penuh makna dan adab.

Acara ditutup dengan closing statement dan doa oleh KH Muhammad Romli Mubarok, Rois Syuriyah MWCNU Sawahan. Beliau berharap kegiatan ini menjadi titik awal dalam pembinaan tradisi yang tidak hanya dijaga eksistensinya, tetapi juga diarahkan agar sesuai dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah.

Tak hanya sukses secara pelaksanaan, pelatihan ini juga meninggalkan kesan mendalam. Peserta dari luar wilayah Sawahan tampak tersenyum lepas, menandakan kepuasan dan kebahagiaan mereka mengikuti pelatihan. Suasana akrab dan sakral terasa hingga akhir acara, menandai keberhasilan LESBUMI dalam memadukan nilai agama dan budaya secara harmonis.

Melihat respon positif dan keberhasilan pelatihan ini, LESBUMI MWCNU Sawahan berencana menggelar kegiatan lanjutan, yakni Pelatihan Master of Ceremony (MC) berbasis tradisi dan karakter Nahdliyyin, yang juga akan dipandu oleh K. Marjuki.

“Insya Allah, LESBUMI MWCNU Sawahan siap jika diminta untuk sinau bareng dan ngaji tradisi di MWCNU tetangga. Semangat kami adalah membumikan budaya sebagai media dakwah,” ujar salah satu pengurus LESBUMI dengan penuh semangat.

Dengan semangat pelestarian tradisi berbasis syariat dan budaya lokal, MWCNU Sawahan melalui LESBUMI terus berkomitmen menjadi garda terdepan dalam mengawal warisan budaya Islam Nusantara agar tetap hidup, bermakna, dan mendekatkan umat kepada Allah SWT.

Pewarta : Dina Tia Fatikasari